Selasa, 16 Maret 2010

FinDing the FaDinG SMilE

FinDing the FaDinG SMilE

Mataku terhenti pada sosok seorang pria yang duduk di sebuah bangku taman, ia menatap langit dan mengangkat tangan kanannya yang seolah-olah ingin menangkap cahaya matahari yang menembus diantara jari jemarinya yang indah. Ia mengambil sebuah pinsil dan mulai membuat sebuah goresan di bukunya. Dia duduk di bangku itu sejak sejam yang lalu dan begitu pula dengan aku. Semenjak satu jam yang lalu aku duduk di bangku taman yang sama yang selalu aku tempati setiap minggu pagi. Orang-orang di rumah ku mengira aku sedang ketagihan berolahraga tapi nyatanya aku justru ketagihan memandang wajah seorang pria yang bahkan namanya pun tidak kuketahui. Aneh memang, aku sendiri pun heran dengan sikap ku, sebelumnya aku tidak pernah begitu tertarik dengan seorang pria. Deg!! Tiba-tiba Jantungku kembali berdebar kencang begitu sesungging senyum muncul di wajahnya. AH.. aku ingat! senyum itu lah yang membuatku seperti ini, ya ya ya mungkin aku aneh karena menyukai seseorang hanya berdasarkan senyum, padahal ia juga tidak pernah sekalipun tersenyum padaku tapi aku merasa begitu terhanyut dengan senyuman itu, namun aku kembali merasakan kekecewaan dalam senyum pria itu, entah mengapa aku selalu merasa senyum pria itu tak lagi sama dengan senyum yang pertama kali kulihat dari wajahnya. Pria itu kemudian mulai membereskan peralatannya, namun tiba-tiba angin berhembus kencang dan menerbangkan selembar kertas dari bukunya. Kertas itu melayang ke udara dan menuju ke arahku atau lebih tepatnya menuju kolam di sebelahku. Dengan kepanikan yang melanda otakku akhirnya tanpa pikir panjang aku mengorbankan tubuhku sendiri untuk menyelamatkan selembar kertas itu.
“Byur!!!!!!!!”
Sepertiga air kolam pun menyembur keluar saat tubuhku tercebur ke dalam kolam dan seketika itu pula orang-orang yang berada di sekitar kolam itu kaget dan menatapku dengan pandangan heran. Aku pun tersadar dengan tindakan konyol yang baru saja aku lakukan, aku melihat bajuku yang basah kuyup dari ujung kaki hingga ujung kepala kemudian yang lebih konyol aku justru masih sempat-sempatnya mengkhawatirkan kondisi kertas yang ku pegang dengan erat.
“ gwenchana?” tanya seorang pria sambil mengulurkan tangannya padaku.
Aku mendongak kearah pria itu, dan pria itu kemudian tersenyum padaku. Seketika itu juga badanku membeku karena pesonanya.
***
“Kau ini memang wanita yang unik ya..” ucapnya sambil tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
“ Aku pikir itu kertas penting.. aku tidak tahu kalau ternyata itu hanyalah selembar kertas kosong..” ucapku lemas. “Hatchii!!”
“ wah bisa-bisa kau masuk angin nih..”Ucapnya, kemudian ia bangkit dari duduknya “ Jiwon-ssie, kau suka teh lemon tidak?”
“A..i.iya..”
“ Baiklah, tunggu sebentar ya.”, ia pun kemudian berlari meninggalkan aku yang masih bersin-bersin.
Setelah ia menjauh pergi, aku tak henti-hentinya tersenyum. Aku rasa kejadian tadi sepadan dengan apa yang telah aku dapatkan saat ini. Ya... meskipun aku kedinginan akibat tercebur kolam tapi akhirnya aku bisa mengetahui namanya bahkan ia baru saja memanggil namaku.
“ ini ” ucapnya sambil menyodorkan segelas teh lemon hangat padaku.
“ Ah.. gomawo Kibum-ssie .” ucapku sambil mengambil teh itu dari tangannya, ia pun kemudian duduk di sampingku. Aku meminum teh yang ia berikan, kemudian aku melirik ke arahnya, Kya!!! Aku belum pernah melihatnya sedekat ini, OMG.. mengapa semakin aku lihat dia malah semakin tampan???
Tiba-tiba Handphonenya berdering, ia pun membaca text message yang masuk ke inboxnya.
“Jiwon-ssie, aku harus pergi dulu”
“ A..Ne. tapi jaket mu bagaimana?” ucapku sambil melepaskan jaket yang dari tadi kupakai.
“Kau pakai saja.. minggu depan aku kemari lagi, tidak apa-apa kan?”
“A..Ne.” ucapku sambil mengangguk
“eHm baiklah, kalau begitu aku pergi dulu.”
***

Aku melihat jam tanganku yang telah menunjukkan jam delapan pagi, hari ini aku dan Kibum telah membuat janji untuk lari pagi bersama. Sejak pertemuan kami, kami menjadi semakin akrab tapi tentu saja ia masih tidak tahu tentang apa yang sesungguhnya aku rasakan terhadapnya, tapi tak mengapa toh aku tetap bisa berada di dekatnya kan?

Dari kejauhan Ku lihat Kibum tengah melakukan pemanasan, aku pun segera mempercepat langkah kakiku dan belum sempat aku memanggilnya tiba-tiba Kibum terpaku diam di tempatnya dan dengan wajah yang risau kemudian ia berlari dan berusaha mengejar seseorang, aku pun semakin mempercepat lariku dan ketika aku mendekat aku melihat Kibum sedang membungkuk dan meminta maaf pada seorang gadis yang tampak bingung. Setelah ia meminta maaf, Ia pun segera beranjak dari tempat itu dan menuju ke tempat semula. Kibum berjalan sambil menekuk lehernya, aku merasakan perubahan pada sorot matanya, entah mengapa mata itu seolah-olah memancarkan kesedihan yang sama sekali tak bisa ku jelaskan.
“Kibum-ssie..apa yang terjadi?” tanya ku.
Kibum menoleh kearah ku dengan kaget, jelas sekali jika sebelumnya ia sama sekali tidak sadar atas kehadiranku.
“Aniyo. Tidak ada apa-apa.” Ucapnya sambil berusaha tersenyum.
Aku ingin sekali memaksanya untuk menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi, namun aku sadar dengan posisi dan batasan ku, aku tidak bisa dan tidak memiliki hak untuk bertanya lebih lanjut padanya, jadi aku pun memutuskan untuk duduk disampingnya dan menunggunya bicara.
“Jiwon-ssie..mianhae.. aku rasa aku harus membatalkan janji kali ini.” Ucapnya.
“Arasseo..gwenchana..”
“Gomawo, lain kali kita bertemu lagi y..” ucapnya sambil memakai tasnya, ia pun bangkit dari bangku taman dan setelah itu ia pun segera beranjak pergi.
Aku tidak tahu apa yang telah terjadi padanya dan untuk itulah aku merasa sangat penasaran. Aku berusaha membuang rasa penasaran itu dan sekarang Aku tidak tahu apakah aku harus melanjutkan rencana lari pagiku seorang diri ataukah lebih baik aku pulang ke rumah dan melanjutkan tidurku? Semua pikiran itu semakin membuatku pusing, aku pun memutuskan untuk kembali ke rumah dan ketika hendak meninggalkan tempat itu aku melihat ada sesuatu di bawah bangku taman. Begitu ku pungut ternyata benda di bawah bangku taman itu adalah selembar foto seorang gadis, aku menengok ke kiri dan ke kanan untuk mencoba mencari tahu apakah ada seseorang yang sedang kehilangan foto ini. Tapi setelah aku tunggu tak ada seorang pun yang datang, akhirnya aku kantungi foto itu dan aku pun segera pulang.
***
“Hah....Kibum tidak datang lagi..” ucapku dengan nada kecewa.
Ini adalah minggu kedua aku tidak melihatnya, terakhir aku melihatnya adalah saat ia membatalkan rencana lari pagi kami. Aku pun memutuskan untuk berolahraga sendirian. Aku berlari mengitari taman itu sebanyak tiga kali dan hasilnya tenggorokkan ku pun terasa kering kerontang, saat itu ada sebuah toko dan aku pun membeli sebotol air mineral ditempat itu. Aza!!! Dari kejauhan aku melihat Kibum berjalan kearah bangku taman yang selalu ia tempati, aku berniat untuk menghampirinya namun ekpresi wajahnya yang muram akhirnya menghentikan niatku. Aku takut ia merasa tidak nyaman jika aku menghampirinya, akhirnya aku pun hanya mengamatinya dari toko. Setelah beberapa menit, ia pun membuang sebuah benda berwarna biru ke dalam tong sampah dan segera beranjak pergi. Aku merasa sangat familiar dengan benda yang baru saja ia buang dan untuk memastikannya aku pun segera memungut benda itu.
Rasa curigaku pun tergantikan dengan kejutan yang kualami, ternyata benda yang Kibum buang adalah buku yang selalu Kibum bawa. Aku masih tidak percaya dengan tindakan yang Kibum lakukan, maksudku mengapa ia ingin membuang buku yang selama ini selalu menemaninya?
Aku pun membuka lembaran buku itu dan buku itu berisikan beberapa sketsa pemandangan yang sangat indah. Di lembar terakhir dari buku itu terdapat sebuah sketsa Kibum dengan seorang gadis yang sepertinya pernah ku lihat.
***
Aku menyandingkan foto yang kupungut beberapa hari yang lalu dengan sketsa gadis yang ada di buku milik Kibum. Yaa.. wajah yang sama, aku yakin sekali bahwa itu adalah gadis yang sama. Tiba-tiba Oppa ku menepuk kepalaku.
“Apa yang sedang kau lakukan?” tanyanya sambil duduk disampingku.
“Oppa.. menurutmu ini adalah gadis yang sama atau tidak?” tanya ku sambil menunjukkan foto dan sketsa itu.
“O.. kau dapat darimana benda-benda ini?” tanya Oppa ku terkejut.
“Ehm..aku..aku menemukannya di taman.” Ucap ku terbata, aku tidak mau Oppa ku berfikir bahwa adiknya ini memiliki kebiasaan memungut barang orang lain.
“Ini adalah Song Gyuri.. dia adalah teman SMA ku, dan pria ini adalah kekasihnya.. ehm..kalau tidak salah namanya adalah Kibum” Ucap Oppa ku sambil menyerahkan foto dan buku itu padaku.
Aku terdiam setelah mendengar ucapan Oppaku. Selama ini aku tidak mengetahui bahwa Kibum telah memiliki seseorang yang ia sukai dan tanpa tahu apa-apa hari demi hari rasa suka ku padanya justru terus bertumbuh, aku begitu menyukainya hingga hati ini begitu sakit hingga aku tak bisa berkata apapun. Saat ini aku sungguh ingin menangis, menangis dan berteriak sekencang mungkin. Apa yang harus aku lakukan dengan perasaan ini? Bagaimana cara agar aku dapat menghentikan rasa suka ini?
Tepat sebelum aku menjatuhkan airmataku tiba-tiba Sungmin Oppa yang merupakan sahabat baik Oppa ku datang dengan membawa gitarnya.
“Hei Siwon! Kau lupa kalau hari ini latihan kita dimajukan sejam?”
“Ah..benar! Baiklah, aku ambil peralatan ku dulu ya” Ucap Oppa ku sambil bergegas menuju kamarnya.
“ Ah! Itu kan foto Song Gyuri..” ucap Sungmin Oppa.
“ Oppa mengenalnya?”
“Ya..hah.. aku jadi tidak tega mengingat nasib Gyuri dan Kibum.”
“ Maksud oppa? Apa yang terjadi antara Gyuri-ssie dan Kibum-ssie?”
Sungmin Oppa pun duduk disamping ku dan mulai menceritakan apa yang terjadi antara Gyuri dan Kibum . Aku tidak tahu bagaimana ekspresi wajahku saat mendengar penjelasan Sungmin Oppa, yang jelas Aku merasakan rasa sesak menyergap diriku, dan aku pun tak mampu lagi mendengar penjelasan Sungmin Oppa.
“Jiwon ah.. kau tak apa-apa?” ucap Sungmin oppa sambil mengguncangkan tubuhku.
Aku melihat kekhawatiran di wajah Sungmin, aku tidak mengerti mengapa ia menatap cemas padaku hingga akhirnya aku sadar bahwa airmataku mengalir dari kedua pelupuk mataku.
“Jiwon..”
“ Oppa..bisakah kau membantuku mencari Song Gyuri?” pintaku pelan.
***
Beberapa hari kemudian..
Aku menatap seorang gadis yang terduduk lemah diatas sebuah kursi roda. Wajahnya yang pucat masih bisa memancarkan senyum yang hangat ketika Sungmin Oppa menghampiri gadis itu. Setelah Sungmin Oppa menyapanya, gadis itu pun menoleh ke arahku dan tersenyum.
Setelah memperkenalkan aku padanya, Sungmin Oppa pun meninggalkan kami berdua agar kami bisa bicara dengan lebih leluasa.
“ Jadi apa yang ingin kau tanyakan padaku?” tanyanya sambil tersenyum.
“ ehm..mungkin aku ini lancang.. tapi..”
Gyuri menangkap rasa gugupku, ia pun segera menggenggam tanganku. “tidak apa-apa katakan saja..”
Aku tersenyum pada gadis yang ada dihadapanku itu, ia begitu ringkih namun senyumnya mampu memberikan kenyamanan dan kehangatan bagi orang-orang yang melihatnya. Sejenak aku pun merasakan kelegaan pada diriku, aku merasa lega mengetahui Kibum menyukai gadis sepertinya.
“ Gyuri-ssie..bisakah kau kembali pada Kibum?”
Gyuri melepaskan tangannya, ia pun segera menggenggam tangannya sendiri, ia tertunduk dan berusaha tetap tersenyum. “ aku tidak mungkin kembali kesisinya..”
“Kenapa? Kibum masih setia menunggumu.. ia masih sering menghabiskan waktunya di taman itu..Kibum..” aku menghentikan ucapanku ketika aku melihat tetesan airmata jatuh di pipinya.“Gyu..Gyuri-ssie..” ucapku panik.
Gyuri pun buru-buru menghapus air matanya.
“ Gyuri-ssie...apa yang paling kau sukai dari Kibum?”
Gyuri menatapku dengan heran dan ia pun seolah menyelam ke masa lalunya. “Senyumnya...Aku tidak pernah melihat senyum yang lebih indah dari miliknya ” ucapnya.
“Gyuri-ssie.. tahukah kau kalau aku juga menyukai senyumnya? Tapi sayangnya aku tidak pernah melihat senyum itu lagi..”
Gyuri pun semakin menundukkan kepalanya, kemudian ia pun tak mampu lagi menahan air matanya. “ aku tahu... aku tahu..” ucapnya sambil terisak.
“ Kalau kau tahu..kenapa kau masih tetap bersikeras untuk meninggalkannya?”
“Karena...karena jika aku tetap bersamanya.. aku pasti akan selalu merasa bersalah padanya..merasa bersalah karena membuatnya tersenyum meskipun hatinya begitu perih..aku tak bisa melihatnya seperti itu.. akan lebih baik jika aku menghilang darinya.. saat ini mungkin ia akan terluka olehku.. tapi itu akan lebih baik daripada membiarkannya menderita karena melihatku yang semakin mendekati kematian.. akan lebih baik untuknya jika aku ..”
Gyuri tak mampu berkata apa-apa lagi, ia menangis terisak dan aku pun bisa merasakan kepahitan yang ia alami.
“ Gyuri-ssie..tidakkah kau berfikir bahwa Kibum akan lebih sengsara jika kau tiba-tiba menghilang begitu saja? Kepercayaan dirinya pasti lambat laun akan musnah.. ia akan berfikir bahwa ia adalah seorang pria tidak berguna. yang tidak sanggup menjadi penopang bagi kekasihnya sendiri...”
Gyuri hanya terdiam mendengar ucapanku, kemudian seorang perawat pun datang dan membawanya kembali ke kamar pasien
“Gyuri-ssie!! Kibum pasti akan lebih bahagia jika ia tetap disisimu sampai akhir!!” teriakku dengan mata yang berkaca-kaca, Sungmin Oppa pun segera menghampiriku dan memeluk tubuhku dengan erat.
“ Jiwon..kau sudah melakukan yang terbaik..” ucapnya sambil mengelus rambutku.
“ aku tidak bisa membawa Gyuri kembali padanya Oppa..Aku tidak akan bisa menemukan senyumannya lagi..” ucapku terisak.
***
Hari Minggu datang kembali.. aku tidak ingin pergi ke taman dan bertemu dengan Kibum, tapi buku biru yang tergeletak di atas mejaku begitu mengusikku dan akhirnya aku pun pergi ke taman untuk menemuinya.
“Oh..Jiwon-ssie.. sudah lama kita tak bertemu ” Ucapnya sambil menggeser tempat duduknya untukku.
“ Kibum.. aku.. aku punya suatu hal yang harus aku bicarakan..”
“Apa? Katakan saja..”
Aku pun menyerahkan buku biru yang dulu ia buang, di dalamnya aku menyelipkan foto Gyuri yang aku temukan dibawah bangku taman. Dan benar seperti perkiraanku, ia sangat terkejut ketika melihat kedua benda yang baru saja aku berikan.
“ Kibum-ssie.. sebenarnya aku pernah menemui Song Gyuri ”
“ Kau? Dari mana kau tahu tentang Gyuri?”
“ Mianhae.. aku bukan bermaksud ikut campur..”
“ Dimana kau menemuinya? Bagaimana keadaannya? ”
“ Aku menemuinya di rumah sakit di kawasan Ilsan.. saat aku menemuinya dia terlihat lemah..tetapi ia sungguh terlihat cantik dan kuat ketika tersenyum..”
Kibum tersenyum mendengar ucapanku, Ia terlihat sangat lega begitu mendengar kabar Gyuri. Matanya berkaca-kaca dan aku tahu ia berusaha keras untuk menahan airmatanya, aku menepuk punggungnya dengan lembut dan mencoba menenangkannnya. Ia pun tersenyum padaku dan air matanya pun terjatuh. Hari ini pertama kalinya aku melihat Kibum menangis, aku pun menariknya dalam pelukanku. Kibum terisak sambil memelukku erat, aku pun ikut menangis bersamanya. Aku menangis seakan-akan aku mampu merasakan kepedihannya. Aku sangat menyesal karena tidak mampu membawa gadis itu kembali padanya, aku sangat menyesal tidak mampu berbuat apapun untuknya.
Tiba-tiba aku melihat Sungmin Oppa menuju kearahku, senyumku langsung mengembang ketika mengetahui Sungmin Oppa datang bersama dengan seorang gadis.
“ Gyuri-ssie!!!!!!”
***
Aku dan Sungmin Oppa pamit dan meninggalkan mereka berdua. Di perjalanan pulang tiba-tiba Sungmin Oppa menepuk kepalaku dan ia pun merangkul bahuku.
“ Wah.. Kau wanita paling cantik yang pernah Oppa temui Jiwon...”
“Maksud Oppa?”
“Aku merasa sangat bangga padamu..Kau sangat menyukai Kibum, tapi kau justru sangat berusaha keras agar ia dapat bersama dengan gadis lain”
Aku tersenyum mendengar perkataan Sungmin Oppa. Aku sendiri terkejut dengan apa yang telah kulakukan dan perlahan aku pun merasakan kebanggaan pada diriku sendiri... Aku pun teringat dengan sebuah ungkapan yang berbunyi “ Mencintai tidak berarti Harus memiliki”, aku rasa kini aku mengetahui makna dari ungkapan ini, selama orang yang kucintai bahagia tentu aku akan setuju dengan pendapat ini dan setelah aku timbang kembali Aku rasa kebahagiaan yang kudapatkan jauh lebih besar dibandingkan patah hati yang kualami.
“ Jiwon-ah.. sebagai hadiahnya, Oppa akan membelikan es krim untukmu!” ucap Sungmin Oppa sambil berlari kearah penjual es. Kemudian ia pun berbalik padaku.
“Jiwon-ah.. jika kau perlu bantuan untuk melupakan Kibum, Oppa akan selalu ada untukmu!”
“Apa maksud Oppa?” tanya ku sambil menghampirinya.
“ Tenang saja Jiwon.. jika kau tidak juga menemukan pangeran baik hati..Oppa pasti akan menjadi pangeran untukmu!”.
Aku mengerutkan dahiku dan mencoba menganalisis maksud Sungmin Oppa.
“Tapi itupun jika Kau benar-benar tidak menemukannya ya..” ucapnya sambil tersenyum jahil dan ia pun segera berlari meninggalkan ku.
“Oppa!!! Memangnya aku sekasihan itu ya?” ucapku sambil berlari mengejarnya.
Di dalam hati sebenarnya aku tertawa mendengar ucapan Sungmin Oppa, Ah.. jadi ini ya cara Sungmin Oppa untuk menghiburku? Ehm.. jika aku benar-benar tidak akan menemukan pangeranku sendiri mungkin aku akan benar-benar memaksa Lee Sungmin untuk menjadi pangeranku..hahaha becanda kok becanda...tapi sepertinya itu ide yang bagus juga ya?? Hehehe.

-thE End-

created By Abhie

0 komentar:

Site Meter