Jumat, 30 April 2010

Wish to See U again

Created by Abhie

Ku buka album foto kenangan ku dimasa lalu, satu per satu ku amati wajah teman-temanku hingga akhirnya aku hanya terpaku pada satu wajah. Wajah itu tersenyum cerah bagaikan mentari yang bersinar di pagi hari. Sangat hangat dan ceria. Kemudian Ku telusuri wajah di foto itu dengan ujung jemariku dan ku rasakan rasa rindu memuncak di hatiku. Aku pun menyadari bahwa kami tidak pernah bertemu sekalipun setelah lulus dari bangku SMA, aku mulai berkhayal bagaimana rupanya saat ini..mungkinkah ia tetap sama seperti yang kukenal? Atau mungkin ada beberapa perubahan darinya yang dapat membuatku terkejut? Ah.. aku tak sabar untuk berjumpa lagi dengannya, saat ini di ingatanku hanya ada sosoknya yang selalu membuat jantungku berdebar tidak karuan. Aku pun menutup album itu dan mengambil tasku, setelah mengunci rumah aku pun segera berjalan menuju ke halte bus. Aku pun menaiki sebuah bus yang menuju ke gedung reuni SMA ku. Setelah beberapa menit akhirnya aku sampai juga di depan Gedung Sekolah, Aku pun menghela nafasku untuk menyingkirkan rasa gugup yang tiba-tiba menderaku. Ketika aku memasuki gedung, aku pun bertemu dengan semua teman-temanku namun aku tak juga menemukan sosoknya. Aku mencoba menepis kecemasanku dan berusaha meyakinkan diriku bahwa ia akan hadir dalam acara ini. Dari kejauhan aku melihat sesosok Pria berbadan tinggi datang dengan pakaian yang casual, Pria itu memeluk beberapa kawannya yang juga merupakan kawanku. Kemudian ia tersenyum kearahku dan melambaikan tangannya. Aku pun membalas lambaian tangannya.
***
“ Wah..kau banyak berubah ya?” tanyanya padaku.
“Apanya yang berubah? Aku tetap sama seperti dulu kok!” Ucapku sambil tersenyum
Kemudian ia pun tersenyum padaku, “ Kau jadi lebih feminim tahu! Buktinya sekarang kau memanjangkan rambutmu.. lalu kau juga sekarang memakai rok!”
Aku pun tersipu malu begitu mendengarnya, aku memang sedikit berubah menjadi lebih feminim padahal dulu aku ini sangat tomboy. Satu-satunya rok yang kumiliki adalah rok seragam sekolah, hingga akhirnya aku mendengar kabar kalau tipe idealnya adalah seorang gadis feminim yang lembut.
“Kau juga berubah Hankyungie!” ucapku
“Berubah jadi tampan ya?” ucapnya semangat.
“Haish...kau berubah menjadi over-confident!”
Hankyung pun tertawa mendengar ucapanku, kemudian ia melihat kearah jemari tanganku.
“Kenapa?” tanya ku
“Aniyo…Kau ingin bertemu dengan seseorang yang pernah kau sukai ya?”
Aku terdiam mendengar ucapannya, kemudian aku pun balik bertanya padanya, “Bukannya kau yang ingin bertemu dengan seseorang yang pernah kau sukai?”
Kini Hankyung yang terdiam, kemudian ia mengalihkan pandangannya pada gelas minuman yang ia pegang, “Harusnya Aku tak menemuinya lagi..”Jawab Hankyung dengan raut wajah yang muram. Aku terdiam melihat reaksinya, ternyata ia memang memiliki seseorang dihatinya, meskipun aku tahu bahwa aku tak pernah ada di fikirannya tapi hati ini tetap sakit ketika mendengar pengakuan langsung darinya. Aku pun merasa kedatanganku kemari hanyalah sebuah kesia-siaan, harusnya aku tak datang kemari..harusnya aku tak berharap untuk berjumpa dengannya..

Tujuh tahun yang lalu..
Hari ini lagi-lagi aku memandangnya dari balik buku yang ku pegang, dan lagi-lagi ia selalu bisa membuatku tersenyum melalui sikapnya. Entah sejak kapan aku melihatnya sebagai seorang pria, ada sesuatu darinya yang memikatku..aku juga tak tahu apa itu, yang jelas aku tak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Meskipun aku dan Hankyung saling mengenal dan sering mengobrol bersama, aku yakin ia tidak mengetahui perasaanku yang sebenarnya.
“Shinhye..kau menyukai Hankyung ya?”
Aku terkejut dengan pertanyaan yang diajukan oleh sahabatku, Han Sera.
“Aku..maksudmu apa sih?” tanyaku berusaha mengelak.
“Jujur sajalah..aku ini bisa membaca hatimu tahu! Mau ku bantu tidak?”
Aku terdiam sejenak mendengar ucapannya, sepertinya aku memang tak bisa berbohong pada sahabatku yang satu ini, ia terlalu pintar dalam membaca ekspresi dan sikapku.
“Shinhye..”
Aku menengok kearahnnya lagi dan mengangguk pelan.

“Shinhye?”
Aku tersentak dan aku pun langsung memandang orang yang memanggil namaku.
“Kau mengapa terdiam? Ada yang salah dari ucapanku?” tanya Hankyung.
“Aniyo..tidak ada apa-apa..”
Hankyung tersenyum kembali padaku, “Shinhye..kau sudah memiliki kekasih?”
“Mengapa kau bertanya hal itu?”
“Ani..hanya ingin bertanya saja.” Ucap Hankyung tersenyum, ia pun meneguk minumannya. Aku ingin mengajukan pertanyaan yang sama, namun cincin yang melingkar di jari manisnya sudah cukup untuk menjawab pertannyaanku. Aku merasakan sesak yang amat sangat, aku tak bisa menatap lurus wajahnya, bulir hangat menetes di pipiku. Aku pun segera menghapusnya sebelum Hankyung menyadarinya, aku mengambil tasku dan berbalik memunggunginya.
“Mianhae..aku harus pulang..” Ucapku
Aku pun segera melangkah pergi dari gedung sekolah, kemudian aku pun segera berlari menuju sebuah taman yang dulu sering kudatangi. Aku pun duduk di bangku itu dengan air mata yang membanjiri wajahku.
“Saranghae..”gumamku pelan.
Ya..hanya satu kata itu saja yang ingin kuucapkan padanya, namun tampaknya aku takkan pernah bisa mengungkapkannya. Tidak di masa lalu, di masa kini maupun masa yang akan datang. Bayangan cincin yang melingkar di jari manisnya terus muncul di mataku. Dia telah menjadi milik orang lain, dia tidak akan pernah melihatku sebagai seorang wanita. Aku hanyalah teman biasa baginya dan karena sebab itu lah ia tidak akan menyadari perasaanku. Aku pun menundukan kepalaku dan memeluk erat lututku.
***
“Shinhye!”
Aku mengangkat wajahku dan aku melihat Hankyung berdiri tak jauh dariku, nafasnya tersengal-sengal. Ia pun mengelap keringat di dahinya dan berjalan kearahku. Kemudian ia pun duduk disebelahku. Aku tidak tahu harus berbuat atau berkata apa, karena ia sudah terlanjur melihatku menangis. Lama kami terdiam di bangku itu, Tuhan..mengapa pria ini masih disini? Apa yang sebenarnya ingin ia lakukan?
“Aku..pernah menyukai seseorang waktu masih SMA dulu..”ucap Hankyung, matanya menerawang dan sesungging senyum muncul di ujung bibirnya.
Aku mengalihkan pandanganku darinya, aku tak sanggup melihatnya tersenyum untuk orang lain.
“Tapi orang itu telah membuatku patah hati...”lanjut Hankyung, ia pun menengok kearahku dan menunjukkan cincin di jemarinya, “ tapi aku ini sangat bodoh...karena sampai saat ini aku masih mengenakan cincin yang ia tolak..”
“Me..mengapa..kau masih memakainya?” tanyaku dengan suara yang parau.
“Karena aku menyukainya..masih menyukainya..bahkan aku kemari untuknya..”
Kau memang bodoh Hankyung! Mengapa kau harus menceritakan ini semua padaku? Apakah tak cukup jelas penderitaan yang tergambar dari wajahku ini? Apakah perasaan cemburuku tak juga bisa kau rasakan?
“Aku hampir menyerah malam ini..tapi aku tak ingin menyesal dan terperangkap dalam rasa penasaran yang mengganguku...Menurutmu mengapa ia menolakku tanpa mengucapkan sepatah kata pun?”tanya Hankyung.
“Molla...” aku pun bangkit dari tempat dudukku dan hendak pergi meninggalkan tempat itu, namun Hankyung meraih tanganku.
“Aku bilang aku tidak tahu!!” pekik ku
“Kau pasti tahu jawabannya!!”
Aku terkejut dengan teriakanku, namun aku lebih terkejut lagi ketika Hankyung berteriak balik padaku. Ia mencengkeram kuat tanganku dan matanya menunjukkan kemarahan.
“Kau pasti tahu jawabannya....” ucap Hankyung sekali lagi, kali ini dengan nada yang melunak.
“Aku tidak tahu! Apa yang harus kukatakan? Seharusnya kau bertanya pada gadis itu! Bukan padaku! Aku tidak tahu!! Aku tidak tahu!!” jawabku kesal.
Hankyung terdiam menatapku yang terisak, wajahnya penuh tanda tanya. Mungkin ia merasa sikapku sangat aneh.
“Aku..tidak tahu! Kumohon..jangan menyakitiku lagi...”
“Lagi? Menyakitimu lagi? Apa maksud ucapanmu?”
Aku memandang Hankyung dengan tatapan tidak percaya. Bertahun-tahun yang lalu aku maklum jika ia tidak meyadari perasaanku, tapi hari ini ia sungguh keterlaluan! apakah ia tidak mengerti mengapa aku menangis?
“Kumohon..tanyakan saja pada gadis itu..jangan padaku!” Ucapku sambil melepaskan tanganku dari cengkramannya, aku pun mengambil tasku dan hendak meninggalkan tempat itu.
“Lee Sinhye! Kau kira apa yang kulakukan sekarang?”
Aku menghentikan langkahku, berusaha mencerna maksud perkataannya.
“Kau menyuruhku untuk bertanya pada gadis itu kan? Apakah kau tahu bahwa saat ini aku sedang melakukan hal itu?”
Aku membalikkan badanku dan memandangnya bingung.
“Kau gadis yang membuatku patah hati...” ucap Hankyung pelan.
***
Aku terisak ketika mendengar kabar mengenai kepindahan Hankyung. Aku merasakan kesedihan menggelayutiku, padahal tinggal satu semester lagi kami lulus. Kemudian handphoneku pun berdering.
“Shinhye? Kau ada dimana?” tanya Sera
“Ada apa?” tanya ku lemah
“Ayo ke bandara!!”
“Untuk apa?”
“Ya ampun!! Ya untuk menyampaikan perasaanmu lah!”
Aku terdiam mendengar ucapan Sera, dan aku pun menitikkan airmataku lagi.
“Kalaupun ia mengetahuinya..untuk apa? Ia sudah tak ada di sini..”ucapku terisak
“Ya ampun...dia hanya pergi ke luar negeri! Bukan ke alam lain! Ayo cepat!!”
“Tapi..”
“Pokoknya aku tidak ingin melihatmu menyesal dikemudian hari..”
“Sera..”
“Aku juga pernah merasakan hal yang sama..kau juga tahu bagaimana tersiksanya aku kan? Aku tak ingin melihat sosok diriku yang bodoh dalam dirimu..Pokoknya cepat kemari!”
Sera pun menutup telfonnya, sementara yang kulakukan hanyalah terdiam duduk, Haruskah aku menemuinya? Bagaimana jika ia tidak menyukaiku? Bukankah itu sama artinya dengan mempermalukan diriku sendiri?
DDdrt..Ddrt..
Handphoneku bergetar. Sera kembali memangilku. Aku terdiam sesaat..kemudian aku pun bangkit dari dudukku. Aku harus membuang rasa takutku. Aku harus berani mengutarakan isi hatiku. Seperti yang Sera katakan..aku tak ingin menyesal di kemudian hari. Aku pun segera berlari dan menaiki bus yang menuju ke Bandara, ketika aku sampai di Bandara aku pun segera berlari ke pusat informasi untuk bertanya mengenai jam keberangkatan pesawat yang akan terbang ke China. Lututku terasa lemas ketika petugas memberitahukanku bahwa pesawat terakhir telah lepas landas sepuluh menit yang lalu..andai saja aku lebih berani...andai saja aku membuang keragu-raguanku lebih awal.
Ddrt..Ddrt..
Sera kembali memanggilku
“Ya! Shinhye! Ada dimana kau sekarang?”
“A..ku..ada di bandara..tapi ia sudah pergi..apa yang harus kulakukan?”
“Dasar Babo!! Kau tak usah cemas, aku punya sesuatu yang bisa menghiburmu!dan sebagai gantinya hari ini kau harus mentraktirku!”
“Ne?”
“Jangan banyak tanya! kau cepat datang saja!Aku baru saja keluar dari Bandara..aku tunggu kau di taman saja ya?”
“Arraseo”
***
“Kau gadis yang membuatku patah hati...” ucap Hankyung pelan.
Aku terdiam dan airmata mengalir di kedua pipiku, aku tak tahu apa yang harus kulakukan..apakah ini hanya ilusiku saja? Atau ia memang mengatakan kalau akulah yang membuatnya patah hati?
“Lee Shinhye...Kaulah gadis yang kusukai selama ini..”
Aku pun terduduk seketika, dan airmataku tak henti-hentinya mengalir. Apa maksud dari semua ini? Apa yang harus kulakukan? Aku tak tahu apakah aku harus bahagia atau bersedih..mengapa ia baru mengatakannya padaku setelah ia terikat dengan wanita lain?
“Shinhye..bisakah kau memberikanku alasan mengapa kau menolakku?”
“Aku tak tahu...aku tak pernah tahu kalau kau menyukaiku..lalu bagaimana bisa aku menolakmu?”
“Han Sera..Aku memberikan pesan pada Han Sera..”
Aku pun teringat dengan kejadian saat di Bandara..setelah mendapat panggilan dari Sera, aku pun segera menemuinya di taman dan Ketika aku melihat Sera, ia tersenyum lebar padaku akan tetapi saat itu aku tak mengerti dengan arti dari senyuman itu karena ketika Sera hendak menghampiriku tiba-tiba sebuah mobil melaju dan menabrak Sera. Saat itu yang kulakukan hanyalah menangis histeris, ia terlihat ingin mengungkapkan sesuatu namun karena darah terus mengalir dari kepalanya maka secara perlahan-lahan ia pun kehilangan kesadarannya.
“Han Sera.... meninggal hari itu..” Ucapku pelan
Hankyung terdiam mendengar ucapanku dan ia pun mematung selama beberapa saat, kemudian ia pun menghampiriku dan memeluk tubuhku erat.
***
Aku dan Hankyung kini duduk berdampingan, tak ada sepatah kata pun yang terucap dari bibir kami. Kami berdua hanya menatap langit yang ditaburi beberapa bintang yang berkilauan.
“Maafkan aku...” Ucap Hankyung, membuka pembicaraan.
“Untuk apa?”
“Maafkan aku karena aku tak mengetahui tentang Sera..dan juga aku minta maaf karena telah berfikiran negatif tentangmu..”
Aku tersenyum mendengar ucapan Hankyung
“Shinhye..jadi selama ini kau menyukaiku?”
Wajahku terasa panas, aku yakin saat ini pipiku tengah bersemu merah. Aku pun menganggukkan kepalaku dan aku pun langsung menundukkan wajahku, secara sekilas aku pun melihat senyum mengembang di wajah Hankyung.
“Ah..Langit hari ini bagus sekali!!!” Ucapnya penuh semangat.
“Hankyung, boleh aku mengetahui pesan itu?”
Hankyung melihat kearahku dan mengangguk, ia pun mulai menceritakan apa yang terjadi di Bandara. Saat itu ia menitipkan alamat dan no telfon yang dapat dihubungi dan ia juga menitipkan sebuah cincin untukku.
“Jadi...cincin itu adalah tanda bahwa hatimu masih untukku?”tanya ku sambil menunjuk kearah jemari Hankyung.
“Ne..” ucap Hankyung sambil tersenyum,
“Ah...aku jadi ingin tahu dimana cincin itu sekarang...”
“Gwenchana...sekarang itu tidak penting lagi..”Ucap Hankyung sambil menggenggam tanganku, “Yang penting sekarang kita bisa saling mengetahui isi hati kita...mulai hari ini kita harus saling terbuka mengenai perasaan kita...tak ada lagi yang boleh ditutupi..ok?”
“Ehm..” jawabku sambil mengangguk
“Sudah larut...ayo kuantar pulang..”
“Ne..”
Aku pun mengambil tasku,namun tiba-tiba lipgloss ku terjatuh dan mengelinding.
“Ah..retsletingnya terbuka..”keluhku
“Biar ku ambil.”
Hankyung pun berjalan menuju ke tempat lipgloss itu menggelinding, kemudian ia memfokuskan matanya pada benda lain yang terselip di sela-sela tanaman, ia pun memungut benda itu.
“Shinhye..kemarikan jemarimu...”
Aku pun tak mengerti maksud ucapan Hankyung, kemudian ia meraih tanganku dan memasang sebuah benda yang sama persis dengan benda yang melingkar di jari manisnya.
“Cin..cincin ini?”
“Sepertinya memang harus aku sendiri yang memasang cincin ini,..”
Aku pun memandang cincin itu dengan haru, airmataku pun terjatuh dan menetes di pipiku.
“Kau bahagia karena akhirnya cincin itu ketemu..atau kau justru sedih karena aku memberikanmu cincin usang?”
“Ah..Ani..aku sangat bahagia..cincin yang tujuh tahun lalu harusnya menjadi milikku, akhirnya benar-benar telah menjadi milikku..”
Hankyung pun kembali memelukku dan ia pun mengecup keningku. Aku tak tahu apakah saat ini aku sedang bermimpi atau tidak. Pria yang selama ini ku tunggu akhirnya memelukku dengan hangat dan penuh kerinduan. Inilah saatnya untukku untuk mengatakan kata itu..kata yang terus terkunci dan tertahan di mulutku.
“Saranghae...” Ucapku,
“Nado..Norul Saranghae..”Ucap Hankyung senang, ia pun mempererat pelukannya. Setelah cukup lama kami berpelukan, ia pun melepaskanku.
“Shinhye...lepaskan saja cincin itu..”
“Mwo?”
Aku tak mengerti maksud ucapan Hankyung, cincin ini baru saja terpasang di jari ku, baru sepuluh menit yang lalu..dan kini ia memintaku untuk melepasnya? Sebenarnya apa sih yang kini dipikirkannya.
“Lepaskan cincin itu..karena..”
“Karena apa?”
“Karena aku ingin memasang cincin pernikahan di jarimu itu...OK?” Ucap Hankyung sambil memamerkan senyumnya dan tampaknya ia tahu bahwa ia tidak perlu menunggu jawabanku karena sebelum aku membuka mulutku, ia telah menguncinya terlebih dahulu dengan bibir lembutnya. Great Reunion..Great Night..AND Great Kiss.

The End..^^

0 komentar:

Site Meter